BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu
pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan
harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam
itu sendiri.
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan
institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam
al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang
menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian
pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.Pengaruh
lingkungan ini tentu dianalisis dengan menggunakan paradigma pendidikan Islam.
Lingkungan dalam perspektif pendidikan Islam harus menunjang tercapainya tujuan
pendidikan Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan pencapaian tujuan
pendidikan, maka ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit dilakukan.
Dalam perspektif pendidikan Islam, lingkungan dapat memberi pengaruh
yang positif atau negative terhadap pertumbuhan jiwa dan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada anak diantaranya adalah akhlak dan
sikap keberagamaannya. Mengingat besarnya pengaruh lingkungan terhadap
kepribadian dan watak anak, maka dalam perspektif pendidikan Islam lingkungan
dapat mempengaruhi perkembangan fisiologis, psikologis dan sosio-kultural.
Dari urian diatas dapat diketahui bagaimana pentingnya Lingkungan
terhadap terjadinya proses pendidikan terutama pendidikan Islam. Makanya kita
akan menguraikan makalah ini yang berjudul “Lingkungan Pendidikan Dalam
Pendidikan Islam”.
B. Perumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Lingkungan Pendidikan ?
2.
Bagaimana Pandangan Islam Mengenai Lingkungan Pendidikan ?
3.
Apa saja Jenis Lingkungan Pendidikan ?
4.
Apa saja Fungsi dari Lingkungan
Pendidikan ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian dari Lingkungan Pendidikan
2.
Mengetahui Pandangan Islam Mengenai Lingkungan Pendidikan
3.
Mengetahui Jenis Lingkungan Pendidikan
4.
Mengetahui Fungsi Lingkungan Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah (kawasan
dan sebagainya) yang termasuk didalamnya. Sedangkan Lingkungan secara umum
diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan
dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah,
lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan,
dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di
kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan
abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai
macam benda mati yang ada di sekitar.
Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum dapat
diartikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan
lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktik pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial.
B.
Pandangan Islam Mengenai Lingkungan Pendidikan
Manusia
adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min ‘alaq bukan hanya diartikan
sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau “sesuatu yang berdempet
di dinding rahim”, akan tetapi juga dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding
dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup
sendiri”. Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh perwatakan
dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor, yaitu faktor warisan dan
faktor lingkungan. Faktor inilah yang mempengaruhi manusia dalam berinteraksi
dengannya semenjak ia menjadi embrio hingga akhir hayat. Kemudian, lingkungan
yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan sangat
dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu
sendiri.
Meskipun
lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar
terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu
lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi lingkungan yang pengaruhnya
dapat sangat kuat sehingga sangat mungkin dapat mengalahkan fitrah.
Sedangkan
menurut para ahli mengatakan bahwa manusia lahir ke dunia, dalam suatu
lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial tersebut itu
tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi
bermacam-macam kenyataan akibat interaksi dengan lingkungan. Pembawaan
menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai oleh seseorang, akan tetapi
lingkungan akan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan. Tentang
fungsi pembawaan dan lingkungan, Henry E.Garret mengatakan sebagai berikut: “it
appears to be true that heredity determines what man can do, environment what
he does do within the limits imposed by heredity” yang artinya: “itu muncul
untuk menjadi benar bahwa keturunan menentukan apa yang manusia dapat
melakukan, lingkungan apa yang ia di dalam batas-batas memaksakan disebabkan
oleh keturunan”. Jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang
bertentangan melainkan saling membutuhkan.
Lingkungan
yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik
tidak dapat menjadi pengganti sesuatu pembawaan yang baik. Daerah yang penuh
kejahatan dan kesempatan latihan yang kurang, akan menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan akan membatasi prestasi seseorang yang
memiliki kemampuan. Begitu juga lingkungan yang baik tidak dapat menjadikan
orang-orang yang lemah pikiran menjadi orang yang pandai atau orang yang tidak
berbakat menjadi berbakat, walaupun diakui dan tidak diragukan lagi bahwa
lingkungan yang baik, latihan-latihan yang baik akan membantu memperbaiki
tingkah laku dan mendapat tempat di masyarakat.
C.
Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu
pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan
pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu
(1) lingkungan pendidikan keluarga; (2) lingkungan pendidikan sekolah; (3)
lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tripusat oleh KI Hajar
Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda.
1)
Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama
karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk
dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang
dalam pendidikan keluarga.
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk
watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia
melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain
dirinya. Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik
sikap maupun kepribadiannya.
Seperti halnya dalam Al-Qur’an yang artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka…..(at-Tahrim:6)
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik
anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang
tua yang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Dalam hadist lain juga disebutkan
Artinya “Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah” (HR.
Zailani)
Yang dimaksud dengan berenang dan memanah dalam hadist
ini adalah kewajiban orang tua untuk mendidiknya dalam pendidikan agama dan
pendidikan umum, termasuk di dalamnya adalah pendidikan keterampilan.
Keluarga dalam perspektif pendidikan Islam memiliki
tempat yang sangat strategis dalam pengembangan kepribadian hidup seseorang.
Baik buruknya kepribadian seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya
pelaksanaan pendidikan Islam di keluarga.
Fungsi keluarga dalam kajian lingkungan pendidikan
sebagai institusi social dan institusi pendidikan keagamaan.
2) Lingkungan Pendidikan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang
tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat
sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah
berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah
menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah. Sama seperti
pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia,
pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi
manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia
hidup. Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar
lingkungan keluarga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga
berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga
berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga
dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa
terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa
orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
3)
Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Dalam
konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga sekolah. dan
masyarakat pada umumnya. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah
mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga
dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
D.
Fungsi Lingkungan Pendidikan Islam
Sebagaimana
telah dijelaskan diatas, bahwa atau tempat berguna untuk menunjang suatu
kegiatan untuk, termasuk kegiatan pendidikan, karena tidak satupun kegiatan
yang tidak memerlukan tempat dimana kegiatan itu di adakan. Sebagai lingkungan
pendidikan Islamiyah, ia mempunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya
proses kegiatan belajar mengajar secara aman, dan berkelanjutan. Sebelum
belajar di madrasah-madrasah tersebut , kaum muslimin belajar di kutab di mana
diajarkan bagaimana cara membaca dan menulis huruf Al-Qur’an, dan kemudian
diajarkan ilmu agama dan ilmu Alqur’an.
Dengan memperhatikan uraian dan informasi di atas dapat diidentifikasi bahwa lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan islam itu terdiri dari rumah, masjid, kutab, dan madrasah. Selanjutnya, bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap keberadaan lembaga pendidikan tersebut serta fungsinya. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut.
Dengan memperhatikan uraian dan informasi di atas dapat diidentifikasi bahwa lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan islam itu terdiri dari rumah, masjid, kutab, dan madrasah. Selanjutnya, bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap keberadaan lembaga pendidikan tersebut serta fungsinya. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut.
Hal
ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw. dari riwayat Abu Hurairah:
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang tuanya (mewakili
lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Hal
ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat
kuat sehingga sangat mungkin dapat mengalahkan fitrah.
1.
Lingkungan Pendidikan Luar Sekolah (keluarga)
Diantara
satuan pendidikan luar sekolah adalah keluarga yang berlangsung di rumah. Untuk
ini perlu dibahas mengenai apa yang dimaksud dengan keluarga dan rumah itu.
Secara literal keluarga adalah merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari
orang yang berada dalam seisi rumah yang sekurang-kurangnya terdiri dari suami
isteri. Sedangkan dalam arti normatif, keluarga adalah kumpulan beberapa orang
yang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa
berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan
itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di
dalam keluarga tersebut.
1)
Keluarga sebagai Institusi Sosial
Orang tua berkewajiban untuk mengembangkan fitrah dan
bakat yang dimilikinya. Pendidikan dalam perspektif ini, tidak menempatkan anak
sebagai objek yang dipaksa mengikuti nalar dan kepentingan pendidikan, tetapi
pendidikan anak berarti mengembangkan potensi dasar yang dimiliki anak yang
dimaksud. Dalam Islam, potensi yang dimaksud cenderung pada kebenaran. Maka
orang tua dituntut untuk mengarahkannya.
Menurut M. Noorsyam (1988:23) bahwa keluarga pada
hakekatnya berperan sebagai institusi sosial. Keluarga menjadi bagian dari
masyarakat dan Negara. Tanggung jawab sosial dalam keluarga, akan menjadi
kesadaran bagi perwujudan masyarakat yang baik.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama. Di
lingkungan ini anak akan diperkenalkan dengan kehidupan sosial. Adanya
interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya
menyebabkan ia menjadi bagian dari kehidupan social.
2)
Keluarga sebagai Institusi Pendidikan/Keagamaan
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat dididik
dan membutuhkan pendidikan. Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting
lagi adalah bagaimana orang tua membantu perkembangan psikologis dan
intelektual anak. Aspek ini membutuhkan kasih sayang, asuhan dan perlakuan yang
baik. Termasuk yang jauh lebih penting lagi adalah peran orang tua menanamkan
nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan keimanan yang
diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih dapat merangsang anak
dalam melakukan contoh perilaku orang tua (uswatun hasanah)
2. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting
sesudah keluarga, karena semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua
menyerahkan tanggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah. Sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan
pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat atau
tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di
dalam keluarga. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah orang tua menyerahkan
tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah.
Tugas guru dan pemimpin sekolah di samping memberikan
ilmu pengetahuan-pengatahuan, keterampilan, juga mendidik anak beragama.
Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan
pendidikan dan pengajaran kepada anak didik. Pendidikan budi pekerti dan
keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah haruslah merupakan
kelanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan
dalam keluarga.
Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap,
minat, dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak
mentaatinya. Lingkungan yang positif adalah terhadap pendidikan Islam
yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk
berlangsungnya pendidikan agama ini. Sedangkan lingkungan sekolah yang netral
dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan anak
jumud, picik, berwawasan sempit. Sifat dan sikap ini menghambat pertumbuhan
anak. Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu
lingkungan sekolah berusaha keras meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak
didik.
Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan
melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk memasukkan anak-anaknya
ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama. Dalam hal ini mereka
mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan
ajaran Islam atau dengan kata lain berkepribadian muslim. Yang dimaksud dengan
berkepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya baik
tingkahlakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya
menunjukkan pengabdiannya kepada Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya.
3.
Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, yang keberadaan hidupnya tidak dapat
menyendiri. Manusia membutuhkan masyarakat di dalam pertumbuhan da perkembangan
kemajuannya yang dapat meninggikan kualitas hidupnya. Semua itu membutuhkan masyarakat,
dan mereka harus hidup di masyarakat. Ibnu Sina pernah mengatakan : “Manusia
berbeda dengan makhluk lainnya disebabkan manusia itu tidak dapat memperbaiki
kehidupannya jika ia hidup menyendiri tanpa ada orang lain yang menolong
memenuhi kebutuhan hidupnya”. Kebutuhan manusia yang diperlukan dari masyarakat
tidak hanya menyangkut bidang material melainkan juga bidang spiritual,
termasuk ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya. Dengan
demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan
pendidikan manusia memerlukan adanya lingkungan sosial masyarakat.
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga
pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam pendidikan
yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi
segala bidang baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap
dan minat maupun pembetukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini bisa
dikatakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan
tidak sadar olehh masyarakat. Dan anak didik secara sadar atau tidak telah
mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri,
mempertebal keimanan serta keyakinan dan keagamaan di dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan lingkungan pendidikan terhadap
pembentukan karakter manusia sangat penting sekali, diantaranya :
1.
Lingkungan keluarga adalah salah satu lingkungan yang pertama kali mempengaruhi
pembentukan karakter manusia., baik masih dalam kandungan di rahim sang ibu
maupun setelah lahir ke dunia.
2.
Agama Islam sangat memperhatikan masalah lingkungan yang menjadi awal
pembentukan karakter manusia sampai-sampai ada sabda Rosulullah SAW yang
menyatakan bahwa baik dan buruknya tergantung pada baik buruknya lingkungan
disekitarnya.
3.
Jenis-jenis lingkungan yang selama ini menjadi pembentuk karakter manusia
antara lain yaitu: lingkungan keluarga, sekolah/madrasah dan lingkungan
masyarakat pada umumnya.
B.
Saran
Dari uraian materi makalah diatas dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pengembangan anak yang meliputi jiwa dan raganya sehingga
harapannya anak didik nantinya dapat memperoleh lingkungan pendidikan yang baik
dan sesuai kebutuhan anak.
Demikian makalah yang saya susun, pastilah dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena saya sadar ini merupakan
keterbatasan dari saya. Makanya saya mengharap kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita. Amin
ConversionConversion EmoticonEmoticon